My Fav Quote

Thursday, October 28, 2010

Bagaimana ???

Aku tidak tahu bagaimana bercerita dengan baik tentang "kekacauan" yang sedang terjadi dalam diri...
Dalam sekian pergumulan yang datang secara beruntun, terasa telah membuat "kekeringan" dalam inti batin yang terdalam.  Rasanya aku ingin berlari... lari...lari...menjauh, untuk mencari tempat yang teduh.  Dimana aku sangat rindu untuk hanya berdiam saja.  Menikmati keberadaan diriku seutuhnya... menenggok kekedalam sanubari yang tak pernah diperhatikan dengan sangat baik... mencari mimpi yang DIA inginkan untuk dibangun melalui diri ini... bercakap-cakap mesra bersama Sang Pemilik...berbagi vision ... menumbuhkan harapan dan menguatkan langkah yang telah terasa goyah ini.

Dalam kekekeringan kali ini, kesedihan menyertai dengan lekat.  Hingga sangat sulit sekali tuk berpikir jernih...sulit tuk melihat dengan jernih dan tenang
Terasa sulit tuk bersabar dan sangat sulit tuk meyakini bahwa pada saatNya akan tiba giliran tuk bersuka cita.  Bukankah hidup itu ibarat roda pedati ?
Ini adalah saat dimana diriku sedang diijinkan untuk berada dibawah.
Merasakan kerikil-kerikil tajam... merasakan gesekan dengan aspal, tanah dan pasir...merasakan panas dan basahnya jalanan... Sampai kapankah ?

Adakah kesebaran akan menyertai saat kerikil-kerikil menusuk-nusuk, gesekan yang sedang mengauskan semangat dan harapan, dan saat panas dan dingin menerpa merasuki sanubari dan kalbu???

Saat seperti inikah yang IA rasakan berada di taman Getsemani waktu itu ?? Terasa sendiri dan sunyi.

Aduuhh...mampukan kulihat cahaya dan menguatkan harapan...

Sunday, October 03, 2010

Gusti

Sering kali aku berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi,
mengapa aku tidak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau ukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali,
ku sebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,

dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,

Seolah...
semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah...
keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan NIkmat dunia kerap menghampiriku.

Ku perlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak putusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"


Pusi : W.S. Rendra

Search This Blog