My Fav Quote

Wednesday, October 30, 2013

ku lihat Engkau

Pada atas pohon sang Elang terbang di langit biru 
Berjuang untuk berjalan maju
Melawan malas dan letih berbagai pertanyaan yang tak berjawab, penantian lama dan kebingungan akan langkah kedepan
Berusaha bersabar atas diri sendiri, sering gagal dan gagal...
Mencoba lagi membangun semangat baru, walau waktu terasa semakin melaju dan asa menipis
Semakin sulit tuk berdiri tegak menatap ujung lorong, saat serasa tertinggal dibelakang dan semakin mengecil rekan seperjalanan
Takut kadang muncul. Coba tepis dengan doaku yang berisikan ‘Tuhan pasti mengasihi, Dia ingat akan adanya aku ini”
Gentar rasa hati
Tak memiliki kuasa, melawan semua mata dan bibir yang bertanya
Membayangkan masa depan pun menjadi suatu yang menakutkan

Ketika sampai pada titik buntu, berdiam diri
Teringat DIA telah melalui semua yang tergetir dalam hidup, dan IA berhasil sampai titik akhir
Taat, kuat, ikhlas dan tuntas,
Persis seperti kehendak Sang Pencipta, sehingga Engkau dikatakan sebagai Anak kesayanganNYA.
Bantu meneladani Engkau, Sang Putra
Menjadikan diriku putri yang cukup indah bagi Sang Pencipta
Menjalani dengan ikhlas dan tuntas seperti kehendakNYA
Dan …
Temanilah dalam perjalanan itu…
Temanilah kala jatuh,
Temanilah kala penuh tawa
Tamanilah kala berair mata
Temanilah kala sepi
Temanilah kala tak berdaya
Temanilah kala bersemangat
Temanilah kala  hening

Agar dengan bening
ku lihat Engkau, bukan aku lagi
Anak Dayak Punan dipedalaman Segah

Thursday, September 26, 2013

Sang Cahaya

Pemandangan menjelang senja di Sungai Segah menuju Long Laai, 24 September 2013

Terpesona oleh keindahan dari hadirnya cahaya
Tiada yang mampu menghalangi tembusan cahaya itu
Berani menembus kekelaman awan pekat yang mulai menggelap
Dimanapun dan kala apapun...Sang Cahaya selalu menang terhadap segala kegelapan

Pada dan melalui pemandangan cahaya sore itu
Tersirat pelajaran kehidupan...
Aku terdiam...





Saturday, February 02, 2013

02.02.

Pada sebuah senja

Hujan turun...
dalam hati berbisik...'semoga tidak lama-lama hujannya'
sambil memandangi rintikan air turun dari ketinggian
ada kerinduan wangi tanah yang dulu sering terendus hidung saat hujan mulai turun
akan tetapi...di kota ini...tiada wangi seperti itu saat hujan turun
wangi yang muncul sangat berbeda
ini bukan Kalimantan, bukan Papua, bukan Sumatera

Sambil memandang hujan
muncul keinginan untuk bisa berada ditempat agar dapat memandang hamparan langit biru indah dengan mudah, meincium wangi tanah kala hujan dan menikmati hembusan angin segar...
dan kembali lagi dalam hati berbisik 'hujan, jangan lama-lama yah...' ada rasa kuatir

Ahh...menjadi malu...
lihatlah...
saat memandang hujanMU pun...bukan ucapan syukur yang utama muncul
tetapi kuatirku
dan dalam kerinduan hatipun...
selalu dimulai dengan "keinginanku", "harapanku", "permohonanku"
mengapa selalu memulainya dari 'aku'
padahal pemilik segalanya DIA
sering tidak bertanya padaNYA 'apakah kehendakNYA?'

Hari ini...
saat memandang hujan turun...
aku menjadi malu...
karena lupa memulainya dengan syukur atas berkat air
malu karena sering muncul kerinduan yang diawali dengan'aku'
dan kemudian serasa diajak untuk memulai segalanya dengan :
"apakah kehendakMU hari ini? apakah rencanaMU atas diri dan masa depan? kemanakah Engkau ingin membawa diri ini ?'

Wahai yang tak terlihat...
Terima kasih untuk permenungan singkat saat memandang hujan..
Butiran air yang itu indah ... sangat menyegarkan... dan sumber kehidupan !
Seperti adanya ENGKAU...!





Search This Blog